Kamis, 09 Januari 2014

laporan praktikum pengolahan 1



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN I
ACARA III
PENGALENGAN BUAH DAN SAYURAN







OLEH
NAMA
:ZAKIAH
NIM
:C1C 010 060
KELOMPOK
:DELAPAN (VIII)









PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2013





HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN
ACARA III
PENGALENGAN BUAH DAN SAYURAN













                                                                                    Mataram, 8 juni 2013
Mengetahui,
(
Co, Ass teknologi pengolahan II
                 PRAKTIKAN



(Ariawan Hadi)
                  ZAKIAH
C1C 010 006
                C1C 010 060











ACARA III
PENGALENGAN BUAH DAN SAYURAN


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengalengan merupakan metode utama pengawetan makanan dan menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan rekontaminasi. Kualitas makanan yang dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh proses panas tetapi juga metode-metode preparasi, misalnya preparasi yang melibatkan pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam kontainer, dan penjagaan head space di dalam kaleng dengan penutupan vakum. Tujuan dari proses pengalengan adalah untuk membunuh mikroorganisme dalam makanan dan mencegah rekontaminasi. Panas merupakan agensia umum yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme

Tujuan Praktikum
            Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pengalengan atau pembotolan buah dan sayuran serta mengamati hasil pembotolan buah dan sayuran.










TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari proses pengalengan adalah untuk membunuh mikroorganisme dalam makanan dan mencegah rekontaminasi. Panas merupakan agensia umum yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Penghilangan oksigen digunakan bersama dengan metode lain untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang memerlukan oksigen. Dalam pengalengan konvensional buah dan sayur, ada tahapan proses dasar yang sama untuk kedua tipe produk. Perbedaannya mencakup operasi khusus untuk beberapa buah atau sayuran, urutan tahapan proses yang digunakan dalam operasi dan tahapan pemasakan atau blanching (Apriyadi, 2009).
Salah satu metode dasar untuk pengolahan buah dan sayuran adalah pengalengan. Pengalengan merupakan metode utama pengawetan makanan dan menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan rekontaminasi. Kualitas makanan yang dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh proses panas tetapi juga metode-metode preparasi, misalnya preparasi yang melibatkan pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam kontainer, dan penjagaan head space di dalam kaleng dengan penutupan vakum (Luh, 1975).
Salah satu perbedaan utama dalam tahapan operasi pengalengan buah dan sayuran adalah operasi blanching. Umumnya buah tidak di-blanching sebelum pengisian dalam kaleng sedangkan kebanyakan sayuran melalui tahapan ini. Sayuran yang dikalengkan umumnya memerlukan lebih banyak beberapa proses daripada buah karena sayuran memiliki keasaman yang lebih rendah dan mengandung organisme tanah yang lebih tahan panas (Apriyadi, 2009 ).
Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan oleh mikroba pembusuk atau mikroba patogen. Kerusakan makanan kaleng yang diawetkan dengan pemanasan dapat disebabkan oleh adanya sisa mikroorganisme yang masih bertahan hidup setelah proses pemanasan, atau karena masuknya mikroba dari luar melalui bagian kaleng yang bocor setelah proses pemanasan. Penyebab yang pertama menunjukkan bahwa makanan kaleng tersebut tidak cukup proses pemanasan-nya (under process) (Kusnandar, dkk., 2000).











PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 11 juni 2013 di laboratorium Teknologi Pengolahan dan laboratorium kimia dan biokimia pangan  Fakultas Teknologi Pangan Dan Agroindustri Universitas Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum
a.    Alat-alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau, nampan, piring, timbangan analitik, dandang, kompor, saringan peniris, sendok, penjepit, isolasi, termometer, kertas lakmus pH, botol steril dan penutupnya.
b.    Bahan-bahan Praktikum
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah apel, sayuran buncis dan gula pasir.

Prosedur Kerja
1.    Disortasi buah dan sayuran yang cukup masak, tidak memar/cacat dan tidak layu.
2.    Dikupas dan dicuci dengan air mengalir sampai bersih
3.    Dipotong kecil-kecil agar dapt masuk ke dalam botol dan ditimbang masing-masing 100 gr
4.    Dibalnching (dikukus) selama 15 menit kemudian di tiriskan
5.    Dimasukkan ke dalam botol dengan ditambah
a.    Larutan gula 20 % untuk kelompok 5 dan 7
b.    Larutan gula 40 % untuk kelompok 6 dan 8
Sisakan bagian kosong diantara tutup botol dan bahan (sebagai volume head space sepersepuluh dari volume botol
6.    Dipanaskan kembali (direbus) sampai suhu dibagian tengah botol 80 0C selama 15 menit. Botol berisi buah dan sayuran direbus dengan 2/3 bagian botol terendam. Setelah kira-kira 5-10 menit kemudian botol segera ditutup rapat dengan isolasi, jangan dibiarkan botol menjadi dingin selama proses
7.    Disterilisasi selama 30 menit dalam air mendidih
8.    Diangkat dan didinginkan segera dengan air mengalir (secara tidak langsung agar botol tidak pecah) sampai suhu ruang. Kemudian dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan di tempat kering, sejuk dan bebas dari kontaminasi pada suhu ruang selama 7 hari
9.    Diamati Ph larutan, warna (bahan dan larutan), bau, tekstur bahan, volume head space, dan kenampakan (kekeruhan larutan) pada hari -0 dan hari ke- 7










HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Warna, Bau, Tekstur Dan Volume Head Speace Pada Pengalengan Buah Dan Sayur Hari ke-0
Sampel
Perlakuan
pH
Warna
Bau
Tekstur
Volume (cm)
Apel
Penambahan gula 200 gram
4
Putih kekuningan
Khas apel
Keras
4
Apel
Penembahan gula 400 gram
4
Putih kekuningan
Khas apel
Keras
-
Buncis
Penambahan gula 200 gram
6
Hijau
Khas buncis
Keras
6
Buncis
Penambahan gula 400 gram
5
Hijau
Khas buncis
Keras
3.5

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Warna, Bau, Tekstur Dan Volume Head Speace Pada Pengalengan Buah Dan Sayur Hari ke-7
Sampel
Perlakuan
pH
Warna
Bau
Tekstur
Volume (cm)
Apel
Penambahan gula 200 gram
4
Coklat keruh
Asam
Lembek
3.5
Apel
Penembahan gula 400 gram
-
-
-
-
-
Buncis
Penambahan gula 200 gram
4
Hijau keruh
Busuk +
Lembek +
6
Buncis
Penambahan gula 400 gram
4
Coklat keruh
Busuk ++
Lembek ++
5.5

PEMBAHASAN
Pengalengan merupakan metode utama pengawetan makanan dan menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan kontaminasi. Kualitas makanan yang dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh proses panas tetapi juga metode-metode preparasi, misalnya preparasi yang melibatkan pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam kontainer, dan penjagaan head space di dalam kaleng dengan penutupan vakum.
Praktikum pengalengan buah dan sayur ini bahan yang digunakan adalah buncis dan apel. Praktikum ini juga yang diamati yaitu warna, bau, tekstur dan kekeruhan pada bahan, dan juga ditambahkan larutan gula pada bahan tersebut sehingga pH larutan dapat ditentukan. Adapun hasil dari praktikum pengalengan buah dan sayuran ini yaitu pada pengamatan hari ke-0, kelompok buncis menggunakan larutan yang sama dengan kelompok apel yaitu larutan gula 20% dan 40%. Pada buncis yang menggunakan larutan gula sebesar 20 % dan 40 %  Phnya 4 , dari segi warna bahan memiliki warna hijau muda dengan warna larutan kuning namun agak sedikit keruh. Sedangkan dari segi bau bahan memiliki bau buncis dengan tekstur yang masih keras.sedangkan pada buah apel yang di tambahakan larutan gula 20% dan 40 % memiliki Ph 5 dan 6, dari segi warna bahan memiliki warna putih kekuningan dengan tekstur keras dan dan bau khas bau apel dan volume heads space 6 dan 3,5 cm.
Berdasarkan hasil pada pengamatan pada hari ke-7 yaitu pada kelompok sayuran buncis diperoleh hasil yang berbeda dengan pengamatan pada hari ke-0 yaitu dari segi warna bahan buncis mengalami perubahan warna dari hijau muda menjadi hijau kecoklatan dengan warna larutan coklat keruh dan tingkat kekeruhan yang sangat tinggi dengan volume heads space yang tidak mengalami perubahan, sedangkan dari segi bau buncis mengeluarkan bau yang yang tidak terlalu menyengat (busuk) dengan tekstur yang sama yaitu agak lembek, tetapi pada masing-masing bahan tersebut memiliki nilai pH yang menurun yakni 4. Sedangkan pada buah apel memilki warna yang kecoklatan dengan tekstur lembek dan bau asam dan volume heads space yang menurun.
Terjadinya kerusakan bahan sayuran buncis dapat disebabkan karena penyimpanan dengan cara pengalengan, karena sayuran jenis buncis merupakan salah satu komoditi yang mudah mengalami kerusakan, karena jika dilihat dari segi kulit sangat tipis dan memiliki daging yang mengandung gel sehingga ketika dilakukan pengalengan dengan perendaman dalam air akan menyebabkan bahan mengalami kerusakan dan jenis sayur tersebut tidak tahan  jika terendam air , kerusakan bahan tersebut dapat disebabkan juga karena mikroba menyukai bahan tersebut. Begitupun yang menyebabkan kerusakan pada tekstur karena sebelum bahan dilakukan pengalengan bahan dilakukan pengukusan terlebih dahulu sehingga memungkinkan bahan menjadi sangat lembek dan bahkan mengeluarkan cairan lendir dan berbau busuk. Sedangkan perubahan yang terjadi pada buah apel kemungkinan pada saat pembotolan masih ada celah sehingga uadara masih bisa masuk ke dalam bahan pangan sehingga warna pada apel menjadi coklat,
Mikroba merupakan jenis mikroorganisme yang tidak bisa bertahan hidup pada bahan yang banyak mengandung tingkat keasaman yang tinggi, kadar gula yang tinggi dan bahan yang mengandung alkohol. Hal ini menyebabkan buah nanas muda yang dilakukan pembotolan tidak mudah mengalami kerusakan, dan larutan bahan dengan gula tidak mudah mengali perubahan warna, hanya saja perubahan bau pada bahan semaki bertambah. Terjadinya perubahan bau pada bahan jika bahan yang diberi konsentrasi larutan gula lebih tinggi maka akan menyebabkan berkurangnya aroma pada bahan selama penyimpanan dengan pengalengan, dan sebaliknya jika bahan yang diberi konsentrasi larutan gula yang lebih kecil maka akan menyebabkan bertambahnya aroma bahan pada larutan selama penyimpanan dengan pengalengan.
Kerusakan makanan kaleng dapat disebabkan oleh mikroba pembusuk atau mikroba patogen. Kerusakan makanan kaleng yang diawetkan dengan pemanasan dapat disebabkan oleh adanya sisa mikroorganisme yang masih bertahan hidup setelah proses pemanasan. Sayuran pada umumnya mengandung banyak karbohidrat dan memiliki pH 5-7. Jadi, berbagai tipe bakteri, jamur dan yeast dapat tumbuh jika kondisinya sesuai.








KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.    Pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini merupakan yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan, serta dapat mempertahankan nilai gizi, cita rasa dan daya tarik.
2.    Bahan yang diberi konsentrasi larutan yang lebih tinggi akan menghasilkan aroma yang tidak terlalu kuat, sedangkan  bahan yang diberi konsentrasi larutan yang lebih sedikit atau kecil akan menghasilkan aroma yang lebih kuat.
3.    Pengalengan bertujuan untuk mengawetkan bahan pangan agar dapat disimpan dalam jangka waktu panjang.
4.    Mikroba tidak dapat tumbuh pada bahan yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi, kadar gula yang tinggi dan mengandung alkohol.
5.    Pada saat dilakukan pengalengan selama 7 hari semuanya berubah, dari warna larutan, warna bahan, bau, teksturnya dan kekeruhannya semuanya berubah.






DAFTAR PUSTAKA
Apriyadi. 2009. http://riest-star.blogspot.com/2011/02/manfaat-sayur-wortel.html
Kusnandar, dkk., 2000. Aspek Mikrobiologi Makanan Kaleng. Pusat STudi Pangan dan Gizi IPB, Bogor
Luh, Bor, S., Woodroof, J.G., 1975. Commercial Vegetable Processing. The Avi Publishing Company, Inc. Connecticut.